Meskipun banyak manfaat dari kecerdasan buatan (AI), ada juga kekhawatiran tentang dampaknya terhadap angkatan kerja. Seiring AI terus mengotomatisasi tugas-tugas yang sebelumnya dilakukan oleh manusia, ada ketakutan bahwa pekerjaan akan tergeser dan pekerja akan tertinggal. Namun, banyak ahli percaya bahwa AI akan menciptakan peluang kerja baru dan bahwa pekerja akan perlu menyesuaikan diri dengan keterampilan dan peran baru agar tetap kompetitif di pasar kerja.
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh McKinsey Global Institute, sekitar 375 juta pekerja di seluruh dunia diperkirakan akan berpindah ke pekerjaan baru akibat otomatisasi dan perkembangan teknologi AI. Meskipun adanya potensi untuk pengurangan pekerjaan dalam beberapa sektor, studi tersebut juga menunjukkan bahwa AI dapat menciptakan pekerjaan baru dalam sektor-sektor yang berkembang seperti teknologi informasi, keuangan, dan kesehatan.
Untuk mengatasi perubahan ini, banyak ahli merekomendasikan agar pekerja terus mengembangkan keterampilan baru dan menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. Sebagai contoh, pekerja dapat memperluas pengetahuan mereka dalam bidang yang terkait dengan AI seperti pembelajaran mesin, analisis data, dan pengembangan perangkat lunak.
Selain itu, pemerintah juga dapat berperan dalam membantu pekerja untuk beradaptasi dengan perubahan ini melalui program pelatihan dan pendidikan yang mendukung pengembangan keterampilan baru. Dengan cara ini, pekerja akan dapat memanfaatkan peluang yang diciptakan oleh AI dan tetap relevan dalam pasar kerja yang terus berubah.
Dengan demikian, meskipun ada kekhawatiran tentang dampak AI terhadap angkatan kerja, ada juga potensi besar untuk menciptakan peluang baru bagi pekerja. Dengan persiapan yang tepat dan kesediaan untuk beradaptasi dengan perubahan, pekerja dapat tetap bersaing dalam pasar kerja yang semakin berkembang.
Referensi:
1. McKinsey Global Institute, “Jobs Lost, Jobs Gained: Workforce Transitions in a Time of Automation”, 2017.
2. World Economic Forum, “The Future of Jobs Report”, 2020.